You are here: Home > Kasus Blog Knowledge Management > Sejarah dan Perkembangan Mitsubishi

Sejarah dan Perkembangan Mitsubishi

Pendahuluan

Sebagai negara dengan ekonomi terkuat kedua di dunia, kemajuan dan keberhasilan Jepang turut ditopang oleh keberadaan perusahaan-perusahaan Jepang berskala internasional. Kebanyakan, perusahaan tersebut menjadi besar dan berhasil bukan dengan cara instant dan dalam waktu singkat, melainkan karena telah menjalani sejarah dan tradisi sejak lebih dari seratus tahun yang lalu. Salah satu perusahaan tersebut adalah Mitsubishi Companies.

Mitsubishi Companies merupakan sebuah komunitas yang terdiri dari banyak perusahaan independen (multitude of independent companies). Hampir semua nama perusahaan tersebut memiliki unsur nama Mitsubishi, namun ada pula yang tidak. Jumlah total anggota kelompok Mitsubishi yang ada saat ini sekitar 400 perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang di seluruh dunia. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki manajemen sendiri-sendiri, sehingga ada kemungkinan dalam beberapa bidang bisnis terjadi kompetisi antar sesama anggota. Namun, perusahaan-perusahaan ini memiliki prinsip, semangat dan filosofi perusahaan yang sama yaitu tiga prinsip yang dibuat oleh Koyata Iwasaki (presiden ke-empat Mitsubishi yang lama).

Mitsubishi yang didirikan oleh Yataro Iwasaki pada tahun 1870, merupakan perusahaan yang dikembangkan oleh keluarga Iwasaki. Saudara laki-laki, anak serta keponakannya turut membantu melebarkan sayap bisnis Mitsubishi ke berbagai bidang. Pada awal berdirinya, Mitsubishi hanyalah merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa perkapalan dengan aset tiga buah kapal uap. Namun saat ini, Mitsubishi companies telah menjadi kelompok perusahaan raksasa yang terdiri lebih dari 400 anggota perusahaan.

Keberadaan Mitsubishi tidak bisa dilepaskan dari sejarah dan perkembangan sejarah modern Jepang, terutama sejak akhir Pemerintahan Tokugawa. Dengan kata lain, Mitsubishi telah melewati 139 tahun hingga saat ini. Menilik sejarah dan perkembangannya, setelah perang dunia II organisasi Mitsubishi sempat dibubarkan oleh pasukan aliansi yang mengokupasi Jepang karena terkait dengan agresifitas pemerintahan militer Jepang.

Yataro Iwasaki ; Sang Pendiri Mitsubishi

Yataro Iwasaki merupakan wirausahawan ulet yang mendirikan Mitsubishi. Ia berasal dari Prefektur Kochi di Shikoku yang merupakan basis klan Tosa. Yataro bekerja untuk klan tersebut di daerah Nagasaki. Namun, pasca Restorasi Meiji 1868, kota Osaka menggantikan posisi Nagasaki sebagai pelabuhan perdagangan utama. Selain itu, pemerintahan Jepang yang baru melarang para anggota klan untuk menjalankan bisnis. Oleh karenanya, Yataro mengambil alih kantor usaha klan Tosa yang diprivatisasi di Osaka.

Tahun 1870 ia mendirikan perusahaan perkapalan sendiri dengan nama Tsukumo Shokai, dengan aset tiga buah kapal uap. Inilah awal mula Mitsubishi. Perusahaan tersebut mulai mengadopsi nama Mitsubishi pada Maret 1873 saat Yataro secara resmi menjadi pemimpinya. Simbol Mitsubishi sendiri melambangkan tiga berlian yang memuat tradisi 139 tahun. “Mitsubishi” merupakan kombinasi dari kata mitsu dan hishi. Mitsu berarti tiga dan hishi berarti water chestnut yang digunakan masyarakat Jepang untuk melambangkan bentuk berlian. Simbol tiga berlian yang menjadi simbol Mitsubishi berasal dari three-leaf crest milik klan Tosa (tempat dimana Yataro pertama kali bekerja) dan juga melambangkan three stacked rhombuses dari keluarganya (Iwasaki).

Selama menjalankan bisnisnya, Yataro dipercaya untuk mengerjakan banyak pekerjaan dan proyek dari pemerintah Jepang yang baru, sehingga ia dapat mengembangkan usahanya dengan membeli lebih banyak kapal serta mendapatkan subsidi rutin pemerintah yang besar. Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain mencakup penyediaan kapal untuk membawa pasukan Jepang ke Taiwan, serta pengangkutan persediaan dan peralatan yang dibutuhkan oleh pemerintah. Sejak saat itu, Mitsubishi berkembang cepat. Dengan adanya dukungan dari pemerintah, secara bertahap Yataro melakukan diversivikasi usaha, seperti investasi di bidang pertambangan, perbaikan kapal, documentary financing, serta industri penggalangan kapal di Nagasaki (Nagasaki shipyard).

Dalam perjalanannya, perusahaan milik Yataro ini mengalami serangkaian perubahan nama, antara lain Mitsukawa Shokai, Mitsubishi Shokai, Mitsubishi Jokisen Kaisha (Mitsubishi Steamship Company), serta Yubin Kisen Mitsubishi Kaisha (Mitsubishi Mail Steamship Company). Mitsubishi Mail Steamship Company yang bergerak di bidang jasa pelayaran dan perdagangan ke China, menjadi perusahaan Jepang pertama yang membuka rute ke luar negeri.

Pada tahun 1880-an di Jepang terjadi perubahan angin politik dimana kekuasaan pemerintah yang mendukung Mitsubishi melemah. Tentu saja hal ini berpengaruh pada Mitsubishi. Terlebih, pada tahun yang sama ada pendirian perusahaan yang bergerak di bidang sejenis, sehingga menjadi kompetitor berat bagi Mitsubishi. Adanya kompetisi ini hampir saja membangkrutkan kedua perusahaan. Untuk mengatasinya, dimunculkan isu merger kedua perusahaan. Namun, delapan bulan sebelum merger dilaksanakan, Yataro meninggal dunia akibat kanker perut pada tahun 1885.

Yanosuke Iwasaki ; Arsitek Diversifikasi Usaha Mitsubishi

Setelah kematian Yataro, Yanosuke Iwasaki yang merupakan adik kandung dari Yataro, menggantikan posisi kakaknya sebagai presiden Mitsubishi. Sebagai tugas pertamanya, Yanosuke bertanggungjawab untuk mengatasi krisis kompetisi yang merupakan “PR” yang belum sempat dikerjakan Yataro. Pembentukan merger antara Mitsubishi dan kompetitornya difasilitasi oleh pemerintah pada tahun 1885, dan menciptakan perusahaan merger bernama Nippon Yusen (saat ini bernama NYK Line).

Setelah melepaskan Nippon Yusen, sebagai langkah selanjutnya Yanosuke membuat Mitsubishi semakin tumbuh dan terdiversifikasi di bawah kepemimpinan otokratisnya hingga menjadi perusahaan yang sangat besar seperti sekarang ini. Yanosuke melakukan pengalihan fokus usaha Mitsubishi dari bisnis di lautan (akibat kompetisi yang semakin tinggi) menjadi bisnis di daratan. Mitsubishi melakukan diversifikasi usaha dengan membeli perusahaan tambang tembaga the Yoshioka copper mine yang berlokasi di Okayama dan Takashima, Nagasaki. Perusahaan ini menjadi cikal bakal perusahaan yang pertama kali memproduksi baja untuk kapal uap domestik. Ia membeli lebih banyak tambang sebagai sumber persediaan demi pertumbuhan Mitsubishi pada khususnya dan industri Jepang pada umumnya.

Ia juga membentuk organisasi Mitsubishi sebagai perusahaan modern. Yanosuke merancang untuk membangun kembali organisasi di bidang pertambangan dan pembuatan kapal. Selain itu, Yanosuke memperluas bisnis ke bidang perbankan dengan mengambil alih manajemen the 119th National Bank (yang kemudian menjadi Mitsubishi bank), asuransi dan warehousing (Mitsubishi Logistics, Tokyo Warehouse). Semua hal ini menjadi dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan Mitsubishi di masa depan. Pada tahun 1890, ia membeli 80 hektar tanah di dekat Imperial Palace yang dikenal sebagai Marunouchi. Marunouchi merupakan business street modern Jepang yang pertama, sehingga dapat disebut sebagai a block of London.

Karena beragam jasa dan prestasinya tersebut, Yanosuke mendapatkan posisi di pemerintahan. Ia mewakili komunitas bisnis di Imperial Assembly, dan atas rekomendasi dari perdana menteri, Yanosuke menjadi gubernur jendral the Bank of Japan. Yanosuke meninggal pada tahun 1908 (umur 57).

Hisaya Iwasaki ; Sang Modernisator

Sepeninggal Yanosuke, putra dari Yataro Iwasaki, Hisaya Iwasaki, menggantikan posisi pamannya menjadi presiden Mitsubishi ke-tiga pada tahun 1893. Hisaya adalah lulusan dari luar negeri, tepatnya dari the University of Pennsylvania. Ia berperan sebagai perancang ulang organisasi Mitsubishi dan melanjutkan usaha bisnis yang telah dirintis oleh ayah dan pamannya, agar dapat mendukung operasional bisnis Mitsubishi yang tumbuh semakin beragam. Modernisasi ini tidak hanya dilakukan secara manajerial, tetapi juga secara teknologi dan budaya korporasi yang sangat mendukung perkembangan industri Jepang secara cepat demi mengejar barat.

Beberapa investasi pribadi milik Hisaya turut menjadi bagian dari perusahaan Mitsubishi. Sebagai contoh, ia membeli perusahaan-perusahaan lain, seperti Kobe Paper Mill (saat ini dikenal sebagai Mitsubishi paper Mills), perusahaan batu bara serta tembaga yang diperlukan untuk menjalankan industri, serta Osaka Refinery yang dimiliki oleh pemerintah untuk memproses tembaga. Usaha ekspor produk mineral Mitsubishi ini menjadi sumber penting bagi pendanaan diversifikasi usaha Mitsubishi yang lebih banyak. Hisaya mendirikan divisi perbankan, real estate, marketing, serta administrative berbasis autonomous accounting systems dan modern system of operational divisions.Terkait dengan bisnis real estate, Hisaya melanjutkan rencana Yanosuke untuk mengembangkan distrik bisnis di Marunouchi, Tokyo dengan menawarkan penyewaan ruang kantor di sana.

Di bidang perkapalan yang menjadi basis awal Mitsubishi, Hisaya melebarkan bisnis ini dengan menyuntikkan dana untuk memodernisasikan dan melebarkan Nagasaki Shipyard dengan membuka dua cabang di Kobe dan Shimonoseki. Usaha tersebut menjadikan Mitsubishi sebagai perusahaan swasta sektor shipbuilder terbesar di Jepang. Hisaya juga sangat aktif dalam menjalani industri yang all-new. Ia memulai usaha produksi coke, yang merupakan perusahaan pertama yang berbasis karbon-kimia. Di luar negeri, Mitsubishi mendirikan steel plant di Korea Utara.

Hisaya menjadi pelopor pendirian Kirin Brewery dan membantu sepupunya, Toshiya Iwasaki untuk mendirikan Asahi glass yang merupakan perusahaan Jepang pertama yang sukses dalam industri plate glass. Kemudian, demi mengembangkan perusahaan yang dipimpinnya, Hisaya melakukan observasi dan penelitian mengenai prinsip-prinsip/kode etik dalam proses business deal.

Tidak hanya pada perusahaannya, tetapi Hisaya juga berjasa pada kota Tokyo dengan penghibahan dua Japanese garden bernama Rikugien dan Kiyosumi teien. Selain itu, Hisaya mendirikan Toyo Bunko, sebuah perpustakaan untuk housing oriental works.

Pada tahun 1916, kedudukannya sebagai presiden Mitsubishi diganti oleh Koyata Iwasaki, putra dari Yanosuke Iwasaki. Setelah itu, Hisaya berkonsentrasi pada bisnis pribadinya dalam bidang pertanian dan cattle projects yang tersebar di Korea, Taiwan, Sumatra, Semenanjung Malaya, Brazil dan tempat-temat lainnya. Pada akhirnya, Hisaya kehilangan hampir semua kekayaan pribadinya karena keruntuhan finansial zaibatsu dan industri di Jepang setelah Perang Dunia II. Ia menghabiskan hidupnya di Suehiro Farm hingga meninggal pada tahun 1955.

Koyata Iwasaki ; Presiden Terakhir

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Koyata Iwasaki menggantikan Hisaya pada tahun 1916, sebagai presiden ke-empat sekaligus terakhir dari unified Mitsubishi. Seperti pamannya, Koyata juga lulusan dari luar negeri yaitu Universitas Cambridge. Ia memimpin organisasi Mitsubishi selama 29 tahun dan memainkan peranan yang penting dalam membentuk perkembangan industri di Jepang. Koyata membawa Mitsubishi sebagai public share company dan menjadikannya sebagai perusahaan raksasa yang berfokus pada heavy and chemical industries, yang mengembangkan automobiles, aircraft, tank, dan bis. Koyata juga berperan sebagai pembuat prinsip-prinsip bisnis Mitsubishi yang menjadi panduan bagi perusahaan Mitsubishi saat ini. Di bawah kepemimpinannya, Mitsubishi menjadi sebuah kelompok perusahaan yang terdiri dari 70 perusahaan lebih di bawah payung Mitsubishi Headquarters.

Koyata mendiversifikasikan perusahaan menjadi berbagai divisi bisnis sebagai perusahaan yang berbeda-beda, sehingga Mitsubishi secara ukuran menjadi lebih besar. Divisi pertambangan, penggalangan kapal, perbankan, perdagangan, dan real estate menjadi join stock companies di bawah payung holding company. Dengan adanya otonomi manajemen, memberikan kesempatan pada divisi-divisi tersebut untuk lebih tumbuh dan berkembang dibandingkan dengan organisasi perusahaan yang lama.

Perkembangan industri sangat cepat terjadi di Jepang ketika Eropa memasuki era Perang Dunia I yang membutuhkan industri berat dan kimia. Oleh karenanya, Mitsubishi menjadi pemimpin dalam industri-industri electrical machinery, aircraft, oil refining, chemicals, dan steel making. Mitsubishi juga sangat aktif dalam bisni internasional. Koyota menganggap bahwa belajar dari negara lain adalah sangat penting. Di bawah kepemimpinannya, Mitsubishi mengasimilasikan teknologi, keahlian finansial, serta manajemen dari perusahaan-perusahaan terbaik di dunia. Ia juga menjalin aliansi dengan berbagai perusahaan di seluruh dunia. Para teknisi Mitsubishi mengimprovisasikan teknologi yang diimpor dari luar, sehingga menghasilkan teknologi baru yang original. Keunggulan teknologi ini menjadi kekuaran utama bagi Mitsubishi.

Setelah berjalan beberapa lama, Koyata menyadari bahwa dengan mengurangi kontrol langsung dari keluarga Iwasaki pada Mitsubishi dapat membantu perkembangan organisasi ini. Ia menjadikan saham Mitsubishi menjadi publik. Tahun 1937 ia bekerjasama dengan holding company dalam bentuk joint-stock corporation. Akibatnya, hampir semua saham perusahaan lebih banyak berada di tangan investor luar.

Manajemen yang dijalani Koyata merupakan perpaduan unik antara idealisme Inggris dengan kesadaran nasional ala Jepang. Kemudian, ia menciptakan tiga prinsip perusahaan yang berguna untuk mengarahkan jalannya perusahaan dan menjadi dasar semangat serta nilai-nilai Mitsubishi. Prinsip ini disebut Sankoryo, diciptakan tahun 1930an. Isinya antara lain ;

  1. Shoki Hoko ; corporate responsibility to society

  2. Shoji Komei ; integrity and fairness.

  3. Ritsugyo Boeki ; international understanding through trade (an international perspective)

Perjalanan Mitsubishi Pasca PD II hingga Sekarang

Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, posisi keluarga Iwasaki dalam sejarah Mitsubishi terpaksa berakhir. Pasukan aliansi negara yang memenangkan perang menginginkan kelompok industri besar Jepang yang dijalankan oleh keluarga (zaibatsu) dibubarkan. Koyata tentu saja menolaknya, namun sayangnya ia meninggal pada Desember 1945. Mitsubishi Headquarter dibubarkan pada 30 September 1946 dan perusahaan-perusahaan Mitsubishi terpencar menjadi perusahaan yang lebih kecil.

Dibubarkannya Mitsubishi (lama), turut membuat Mitsubishi holding company menghilang di kamar dagang karena kelompok perusahaan ini telah terbagi-bagi menjadi ratusan perusahaan independen. Kebanyakan perusahaan-perusahaan dari kelompok Mitsubishi tersebut dilarang menggunakan nama dan simbol perusahaan Mitsubishi, terutama selama di bawah pasukan okupasi. Barulah setelah disahkannya the San Fransisco Peace Treaty tahun 1952, Jepang mendapatkan kembali tempatnya dalam komunitas internasional, yang berarti industri dan perusahaan yang ada diberi kesempatan untuk bangkit kembali.

Tahun 1954, lebih dari 100 perusahaan yang menjadi bagian dari kamar dagang Mitsubishi corporation, bermerger untuk membangun kembali perusahaan. Komponen-komponen perusahaan utama dari Mitsubishi Heavy Industries bergabung kembali pada 1964. selain itu, Mitsubishi yang namanya dilarang setelah perang, mulai saat itu diperbolehkan lagi menggunakan nama dan simbol “tiga berlian”.

Kesuksesan Jepang membangun kembali perekonomiannya pasca Perang Dunia II pada tahun 1950-1960an, merupakan jasa dari perusahaan-perusahaan raksasa yang ada, termasuk Mitsubishi. Hingga saat ini, Mitsubishi corporations tetap eksis dalam membangun perekonomian Jepang. Serta perusahaan-perusahaan yang tergabung di dalamnya, terus berjalan dan bahkan menjadi pemimpin bagi beberapa bidang industri di dunia.

Sumber

http://chikupunya.multiply.com/journal/item/100

Analisis Sejarah dan Perkembangan Mitsubishi

Jika mendengar nama Mitsubishi di Indonesia, bagi sebagian orang pasti langsung berpikir mengenai dunia otomotif, padahal tidak begitu jika telah membaca artikel diatas mengenai Mitubishi Companies. Mitsubishi Companies mempunyai unit bisnis yang sangat luas dan bukan berasal dari dunia otomotif saja, melainkan dari berbagai unti bisnis seperti elektronik, logistic, bank, dan masih banyak lagi. Disitulah kunci sukses dari Mitsubishi Companies untuk menjaga kestabilan dan pertumbuhan perusahaan melalui ekspansi knowledge dengan membangun perusahaan yang terdiri dari berbagai unit bisnis, agar dapat melengkapi satu sama lain. Aspek globalisasi dari Mitsubishi Companies juga membantu dalam menyebarkan unit bisnisnya ke berbagai negara.

Pada awalnya, Mitsubishi Companies merupakan perusahaan keluarga yang dibangun secara turun temurun, dari awal Mitsubishi Companies berdiri sudah ada sharing knowledge diantara para karyawannya, dan share knowledge tersebut merupakan kunci sukses dari perusahaan, seperti meningkatkan ekspansi perusahaan dan bekerjasama dengan pemerintahan Jepang. Apabila sang pendiri atau penerus Mitsubishi Companies telah meninggal dunia, bisnis perusahaan dapat diteruskan oleh penerusnya yang tentunya masih satu keluarga dengan pendiri atau penerus sebelumnya.

Untuk mengembangkan perusahaannya, kunci sukses yang dilakukan oleh Mitsubishi Companies adalah dengan menjalin kerjasama dengan pemerintahan Jepang untuk mencukupi segala kebutuhan pemerintah Jepang, baik untuk kebutuhan rakyat, negara bahkan perang sekalipun. Dari kerjasama dengan pihak luar (pemerintah Jepang) itulah dapat menghasilkan keuntungan bagi Mitsubishi Companies dimana sokongan dana untuk kebutuhan perusahaan didapat. Kerjasama antara Mitsubishi Companies dan pemerintahan Jepang menghasilkan keuntungan dari kedua belah pihak.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Leave a Reply